Wednesday, May 4, 2011

REFLEKSI FILSAFAT TENTANG APA YANG ADA DAN APA YANG MUNGKIN ADA

Filsafat merupakan cabang ilmu yang sangat dan amat sangat bermanfaat bagi kehidupan kita selama mengarungi perjalanan hidup di dunia ini. Dimana filsafat sangat mempengaruhi perjalanan kehidupan pribadi dari seseorang. Seperti pengalaman-pengalaman yang membuat seseorang menjadi senang, susah, bahagia, takjub dan lain sebagainya. Cabang dari filsafat ada bermacam-macan antara lain filsafat pendidikan, filsafat matematika, filsafat pendidikan matematika dan yang lain sebagainya. Seperti refleksi filsafat yang telah kita lakukan di perkuliahan filsafat pendidikan matematika dengan Dr. Marsigit, MA di ruang kelas. Bahwasanya, filsafat terutama filsafat pendidikan matematika bahkan filsafat yang bersifat umum merupakan suatu gambaran ataupun sebuah penomena dalam kehidupan yang tidak bisa lepas dari Ruang dan Waktu yang mengikatnya. Dimana penomena itu sendiri merupakan sesuatu yang dapat berubah (menurut Heraklitos) bahkan bisa pula bersifat tetap (menurut Permenides). Dimana dalam hal ini, filsafat dapat menjawab pertanyaan tentang apa dan kapan suatu penomena itu terjadi dari sudut pandang filsafat. Misal penomena orang yang seksi itu seperti Barac Obama yang sangat seksi akan kepemimpinannya yang amat sangat berwibawa yang mampu menjadi orang nomor satu di suatu negeri Adikuasa.

Dalam mempelajari filsafat, kita juga harus mampu untuk menghargai Ruang dan Waktu yang menjadi sebuah wadah demi terciptanya suatu cita-cita yaitu menggapai dunia yang seutuhnya. Sehingga dalam mengaitkan dengan objek formal dan objek material dalam berfilsafat kita tidak akan menjadi bingung jikalau kita mampu membedakan antara kedua objek tersebut serta mampu menghargai Ruang dan Waktunya. Dimana objek formal dari filsafat merupakan suatu wadah atau metode. Sedangkan objek materialnya berupa isi. Jika dikaitkan dengan pendidikan matematika, objek materialnya berupa objek dalam matematika itu sendiri sedangkan objek formalnya yaitu penelitian. Sehingga, dalam mempelajari filsafat, kita dapat mengukur kemampuan yang sama yang ada dalam diri kita. Sehingga tidak akan terjadi suatu incomensurable dalam mempelajari filsafat yang berupa membandingkan dua hal yang tidak akan mungkin kita bandingkan. Selain dua hal atau dua objek filsafat diatas, dalam mempelajari filsafat terutama filsafat pendidikan matematika, kita harus mampu menerapkan landasan filsafat yaitu aksiologis, epistimologis, ontologis dari filsafat pendidikan matematika. Sehingga kita dapat mengetahui kualitas-kualitas dari pendidikan yang berkembang di negara kita selama ini serta dapat membandingkan dengan kualitas pendidikan yang berkembang di negara lain. Seperti dalam pelaksanaannya selama ini, bahwa matematika yang telah berkembang di Indonesia jika dilihat dari sudut pandang filsafat telah menganut aliran matematika Hilbert. Sebab Hilbert telah mampu untuk membangun matematika yang bersifat formal serta dalam pelaksanaannya, dalam dunia pendidikan terdapat struktur-struktur pendidikan.

Filsafat pendidikan matematika juga dapat dikaitkan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dan dapat pula digunakan untuk mengetahui apakah mimpi-mimpi dari pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan nasional sudah bisa tercapai ataukah belum. Seperti halnya dalam Ujian Nasional yang selama ini telah berjalan di negara ini. Dimana tujuan semula yaitu untuk mengetahui kualitas pendidikan di negara kita, akan tetapi dalam pelaksanaannya terjadi ketidak konsistenan pemerintah dalam menetapkan sistem yang telah ada dalam dunia pendidikan Indonesia. Terjadi dalam pelaksanannya sampai saat ini belum mampu menciptakan suasana pendidikan yang mencerminkan suatu kreatifitas yang berasal dari siswa sendiri akan tetapi hanyalah tercipta pendidikan yang memaksakan kehendak dari siswa oleh pemerintah yang menciptakan suatu sistem tersebut. Sehingga dapat muncul hal-hal yang berbau menyimpang dari apa yang telah ada dalam pendidikan seperti, dalam suatu sekolah RSBI telah muncul suatu kreatifitas siswa yang merujuk pada gambar-gambar yang berbau mistis, hantu dan lainnya yang mencerminkan bahwa dunia pendidikan kita selama ini belum berhasil mencapai tujuan pendidikan nasional yang seutuhnya. Sehingga dalam memaknai hal tersebut kita harus mampu untuk menterjemahkan bahkan mau untuk diterjemahkan maksud dan makna dari setiap hal yang unik yang telah dikembangkan oleh siswa tersebut.

Jika kita tinjau dari filsafat secara umum, hal-hal yang ada dalam tulisan diatas merupakan suatu hal yang ada dan yang mungkin ada dalam dunia pendidikan kita selama ini. Sehingga akan muncul hal-hal yang dapat digunakan sebagai suatu referensi untuk dapat digunakan sebagai peyeimbang dari penyimpangan yang telah terjadi. Sehingga referensi dalam suatu sistem merupakan hal yang sangat penting sebab referensi dapat membedakan antara tesis dan anti-tesis dari suatu pernyataan yang telah dikemukakan. Maka dari apa yang telah terjadi dalam dunia pendidikan kita, akan muncul pemberontakan-pemberontakan dalam dunia pendidikan yang menginginkan adanya revolusi pendidikan di negeri kita ini. Sehingga dalam mengungkapkan revolusi pendidikan ini, akan muncul pemikiran-pemikiran yang bersifat intensif dan bersifat ekstensif. Selain itu juga akan muncul intuisi dalam pikiran kita untuk mengungkapkan maksud dan tujuan kita dalam melakukan suatu revolusi pendidikan. Dimana intuisi merupakan suatu pengalaman yang kita pikirkan selama ini lalu dapat kita terapkan dalam kehidupan yang bersifat nyata. Dan munculah suatu imajinasi yang mampu kita pikirkan dalam pikiran kita untuk menjadi acuan kita dalam mengungkapkan revolusi pendidikan yang telah kita rencanakan di dalam pikiran kita dalam kehidupan yang sebenarnya. Sehingga munculah perjalanan imajener dalam mewujudkan pemikiran yang telah kia pikirkan ke dalam kehidupan nyata.

1 comment: