Friday, June 17, 2011

IMPLEMENTASI FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH

Matematika pada dasarnya merupakan ilmu pengetahuan yang menjadi induk dari semua ilmu yang berkembang dan sedang berkembang di dunia ini. Matematika merupakan suatu fondasi dari kemampuan sains dan teknologi yang akan, sedang dan telah berkembang. Pemahaman terhadap matematika dari kemampuan yang bersifat keahlian sampai pemahaman yang bersifat apresiatif akan berhasil mengembangkan kemampuan sains dan teknologi yang cukup tinggi.

Menurut Reyt.,et al. (1998:4) matematika adalah

1. Studi pola dan hubungan (study of patterns and relationships) dengan demikian masing-masing topik itu akan saling berjalinan satu dengan yang lain yang membentuknya.

2. Cara berpikir (way of thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari.

3. Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal.

4. Sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri.

5. Sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

Sedangkan mengenai pengertian matematika sekolah Erman Suherman (1993:134) mengemukakan bahwa matematika sekolah merupakan bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari oleh siswa sekolah (formal), yaitu SD, SLTP, dan SLTA. Menurut Soedjadi (1995:1) matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.

Dalam menerapkan matematika di sekolah, pembelajaran matematika hendaknya bermakna, yaitu pembelajaran yang mengutamakan pengertian atau pemahaman konsep dan penerapannya dalam kehidupan. Agar suatu kegiatan belajar mengajar menjadi suatu pembelajaran yang bermakna maka kegiatan belajar mengajar harus bertumpu pada cara belajar siswa aktif (CBSA). Menurut Chickering dan Gamson (Bonwell dan Eison, 1991:1) dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan CBSA guru harus berusaha mencari metode mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif belajar.

Pembelajaran matematika hendaknya juga menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu yang telah diterima, atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. Sebab, segala hal yang bersifat kontradiksi itu merupakan suatu hal yang selalu bersifat salah dan merupakan penyangkal dari segala hal yang bersifat benar. Sehingga matematika itu dapat bersifat sebagai ilmu yang deduktif aksiomatis, dimana dalil-dalil atau prinsip-prinsip harus dibuktikan secara deduktif. Dari penjelasan ini, maka kita dapak mengaitkan pembelajaran mapematika untuk mencapai kebermaknaannya dari sudut padang filsafat.

Ditinjau dari sudut pandang filsafat dimana filsafat itu sendiri merupakan cabang ilmu yang sangat dan amat sangat bermanfaat bagi kehidupan kita selama mengarungi perjalanan hidup di dunia ini. Untuk mempelajari filsafat secara utuh, kita harus mampu untuk mengetahui tentang yang ada dan yang mungkin ada dalah filsafat. Sebab segala sesuatu tentang yang ada dan yang mungkin ada merupakan objek dari filsafat itu sendiri. Setelah itu, barulah kita dapat untuk menerapkan filsafat ke dalam berbagai lini kehidupan baik penerapannya ke dalam bidang ilmu lain ataupun kedalam perjalana hidup yang akan kita tempuh dan kita lalui kedepannya. Sehingga filsafat sangat mempengaruhi perjalanan kehidupan pribadi dari seseorang. Seperti pengalaman-pengalaman yang membuat seseorang menjadi senang, susah, bahagia, takjub dan lain sebagainya. Cabang dari filsafat ada bermacam-macan antara lain filsafat pendidikan, filsafat matematika, filsafat pendidikan matematika dan yang lain sebagainya. Bahwasanya, filsafat terutama filsafat pendidikan matematika bahkan filsafat yang bersifat umum merupakan suatu gambaran ataupun sebuah penomena dalam kehidupan yang tidak bisa lepas dari Ruang dan Waktu yang mengikatnya.

Dalam mempelajari filsafat, kita juga harus mampu untuk menghargai Ruang dan Waktu yang menjadi sebuah wadah demi terciptanya suatu cita-cita yaitu menggapai dunia yang seutuhnya. Sehingga dalam mengaitkan dengan objek formal dan objek material dalam berfilsafat kita tidak akan menjadi bingung jikalau kita mampu membedakan antara kedua objek tersebut serta mampu menghargai Ruang dan Waktunya. Dimana objek formal dari filsafat merupakan suatu wadah atau metode. Sedangkan objek materialnya berupa isi. Jika dikaitkan dengan pendidikan matematika, objek materialnya berupa objek dalam matematika itu sendiri sedangkan objek formalnya yaitu penelitian. Sehingga, dalam mempelajari filsafat, kita dapat mengukur kemampuan yang sama yang ada dalam diri kita. Sehingga tidak akan terjadi suatu incomensurable dalam mempelajari filsafat yang berupa membandingkan dua hal yang tidak akan mungkin kita bandingkan. Selain dua hal atau dua objek filsafat diatas, dalam mempelajari filsafat terutama filsafat pendidikan matematika, kita harus mampu menerapkan landasan filsafat yaitu aksiologis, epistimologis, ontologis dari filsafat pendidikan matematika. Sehingga kita dapat mengetahui kualitas-kualitas dari pendidikan yang berkembang di negara kita selama ini serta dapat membandingkan dengan kualitas pendidikan yang berkembang di negara lain. Seperti dalam pelaksanaannya selama ini, bahwa matematika yang telah berkembang di Indonesia jika dilihat dari sudut pandang filsafat telah menganut aliran matematika Hilbert. Sebab Hilbert telah mampu untuk membangun matematika yang bersifat formal serta dalam pelaksanaannya, dalam dunia pendidikan terdapat struktur-struktur pendidikan.

Filsafat pendidikan matematika juga dapat dikaitkan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dan dapat pula digunakan untuk mengetahui apakah mimpi-mimpi dari pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan nasional sudah bisa tercapai ataukah belum. Seperti halnya dalam Ujian Nasional yang selama ini telah berjalan di negara ini. Dimana tujuan semula yaitu untuk mengetahui kualitas pendidikan di negara kita, akan tetapi dalam pelaksanaannya terjadi ketidak konsistenan pemerintah dalam menetapkan sistem yang telah ada dalam dunia pendidikan Indonesia. Terjadi dalam pelaksanannya sampai saat ini belum mampu menciptakan suasana pendidikan terutama pendidikan matematika bermakna yang mencerminkan suatu kreatifitas yang berasal dari siswa sendiri akan tetapi hanyalah tercipta pendidikan yang memaksakan kehendak dari siswa oleh pemerintah yang menciptakan suatu sistem tersebut. Untuk menciptakan kebermaknaan dalam pembelajaran terutama pembelajaran matematika di sekolah tersebut, kita dapat mengaitkan ilmu-ilmu dalam filsafat untuk mengetahui makna yang terkandung di dalam pembelajaran matematika tersebut.

Jika kita tinjau dari filsafat secara umum, hal-hal yang ada dalam tulisan diatas merupakan suatu hal yang dapat diwujudkan untuk memperoleh pembelajaran matematika yang bermakna. Sehingga akan muncul hal-hal yang dapat digunakan sebagai suatu referensi untuk dapat digunakan sebagai acuan untuk memperoleh pembelajaran matematika yang bermakna tersebut. Sehingga referensi dalam suatu sistem merupakan hal yang sangat penting sebab referensi dapat membedakan antara pembelajaran yang bermakna dengan pembelajaran yang biasa-biasa saja

Sehingga, dalam mempelajari matematika yang bermakna jika kita mampu mengaitkan dan menerapkan filsafat di dalamnya, maka matematika terutama pembelajaran matematika itu akan lebih bermakna daripada kita sama sekali belum mengenal filsafat baik filsafat secara umum maupun filsafat pendidikan matematika. Sehingga kita akan mampu untuk mengetahui makna yang terkandung dari pembelajaran matematika yang diajarkan di sekolah.

Selain menjadikan matematika terutama dalam pembelajarannya lebih bermakna, maka filsafat juga dapat digunakan sebagai suatu hal untuk melakukan refleksi setelah kita mempelajari matematika. Sehingga kita tidak akan jenuh dalam mempelajari matematika. Sebab, dengan filsafat kita akan memperolej jari diri untuk lebih memikirkan, memaknai dan merefleksi diri tentang apa yang telah dan akan kita lakukan terutama dalam pembelajaran matematika untuk menuju pembelajaran matematika yang bermakna.

Referensi:

http://p4tkmatematika.org/downloads/sd/ModelPembelajaran.pdf

http://p4tkmatematika.org/downloads/ppp/PPP04_KarMtk.pdf

http://syarifartikel.blogspot.com