Tuesday, April 26, 2011

FILSAFAT MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Munculnya matematika pada awalnya bermula dari penomena alam menuju suatu penomena matematika yang berjalan secara berkesinambungan untuk mewujudkan suatu noumena. Dimana noumena itu menurut seorang filusuf dunia yaitu Imanuel Kant adalah sesuatu yang tidak bisa kita pikirkan. Penomena awal dari matematika itu sudah muncul sejak zaman Mesopotamia, Babilonia, Mesir Kuno, India, Cina. Setelah melalui penomena alam lalu menuju suatu penomena matematika dan menuju suatu nounema. Dimana selama dalam perjalanan menuju suatu noumena, terbagi menjadi dua hal yaitu suatu hal yang bersifat tetap dan suatu hal yang bersifat berubah. Suatu hal yang bersifat tetap itu dipaparkan oleh seorang filusuf yaitu Permenides yaitu dia menganggap bahwa semua hal yang ada itu selalu bersifat tetap sedangkan hal yang bersifat berubah dipaparkan oleh Heraklitos yang berpendapat bahwa segala sesuatu itu pasti mengalami peruahan. Sehingga diperlukan hal untuk dapat menterjemahkan dan diterjemahkan dalam memikirkan kapan munculnya matematika itu atau lebih kita kemal sebagai Hermenitika.

Dalam dunia matematika, penomena alam itu merupakan pengalaman yang kita jalani selama ini menuju suatu solusi matematika atau cara matematika yang bersifat tetap dan menuju suatu ide atau gagasan , rumus yang bersifat berubah. Dimana kedua hal tersebut dapat menjadi suatu hal yang sangat berguna bagi kehidupan kita jikalau selalu sesuai dengan Ruang dan Waktunya. Seperti rumus atau ide yang telah dikemukakan oleh Pythagoras yang telah dibuktikan kebenarannya. Dari solusi menuju suatu ide atau rumus juga mengalami dua hal yang sama yaitu yang bersifat tetap dan yang bersifat berubah. Ketetapan diantara kedua hal tersebut dapat digolongkan dalam idealitas koheren, tunggal, dan absolut seperti geometri absolutis dari Euclides. Sedangkan yang bersifat berubah itu akan memunculkan suatu kotradiksi, plural, dan relatifistik sesuai dengan situasi dan kondisi saat melakukan suatu hal tersebut.

Dalam geometri yang selama ini ada, seperti dikemukakan oleh Euclides sering dikenal dengan nama Geometri Absolutis. Akan tetapi muncul penentang dari apa yang dikemukakan oleh Euclides yang lebih dikenal sebagai geometri Non-Euclides seperti Geometri Parabolik, Geometri Hiperbolik dan lain sebagainya. Munculnya geometri Non-Euclides tersebut sebab mereka mampu menentang apa yang telah dikemukakan oleh seorang Euclides tentang geometri. Akan tetapi, matematika yang berkembang saat ini merupakan matematika yang telah dikembangkan oleh seorang pure mathematic yaitu Hilbert. Sehingga kita lebih dikenal sebagai kaum matematika hilbertian dan matematika Hilbert ini telah berkembang di sekolah-sekolah. Dimana matematika yang dikembangkan oleh Hilbert tersebut bersifat formal, aksiomatis, pure mathematic, dan juga berkembang di perguruan tingga seperti UGM, UI, IPB, ITB, dan sebagainya dan turun ke insitut kependidikan seperti UNY sehingga nantinya akan diturunkan di sekolah-sekolah seperti SD, SMP, dan SMA. Selain yang dikemukakan oleh Hilbert, juga muncul banyak sistem-sistem yang mengungkapkan definisi-definisi, aksioma, dan lain sebagainya seperti oleh fundamentalism kita yaitu Brower. Sedangkan sesuatu yang bersifat tunggal, lengkap, dan konsisten juga muncul seiring dengan peradaban zaman yang dikemukakan oleh seorang Godel. Dan dari apa yang saya paparkan dalam paragraf ini, sehingga kita yang belajar matematika di zaman ini sering disebut sebagai kaum Hilbertianis.

Dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan matematika di Indonesia selama ini merupakan suatu perkembangan pendidikan yang ada untuk mendidik seseorang agar mampu untuk mempelajari matematika secara utuh. Dimana matematika di Indonesia telah didominasi oleh matematika kaum Hilbertian, matematika aksiomatis, matematika logic, matematika formal, matematika murni, matematika PT (Perguruan Tinggi). Dari hal tersebut, lalu sekarang muncul apa itu yang disebut sebagai UN (Ujian Nasional) yang selama ini menjadi kontroversi dan perdebatan diantara banyak pihak. Dari UN tersebut berasal pula dari abstrak, ide-ide, identitas, impersonal yang berasal dari Absolutis dan Power sehingga memunculkan adanya revolusi pendidikan yang banyak berkembang dan dikemukakan oleh banyak orang. Revolusi pendidikan yang pernah saya baca yaitu yang dikemukakan oleh Dr. Marsigit, MA dalam eleginya yang berjudul “Surat Terbuka untuk Presiden”. Dimana isi dari elegi tersebut mengharapkan adanya perombakan dan pembetulan sistem pendidikan yang telah berkembang di Indonesia selama ini. Dalam elegi ini dipaparkan tentang 15 pokok persoalan yang ada dalam dunia pendidikan indonesia yaitu:

a. belum optimumnya peningkatan kualitas tenaga kependidikan

b.kesenjangan antara tuntutan kualitas lulusan sekolah dengan fakta di lapangan

c. ukuran dan variabilitas standar atau kriteria kompetensi lulusan di tingkat global

d. pemerataan kesempatan belajar bagi semua warga secara adil dan merata

e. terjaganya keseimbangan antara nilai-nilai lokal, nasional dan internasional

f.kesempatan dan partisipasi belajar seumur hidup bagi setiap warga

g.akuntabilitas implementasi dan praktek kependidikan pada semua level

h. keberlanjutan usaha inovasi bidang kependidikan

i. pemberdayaan potensi segenap komponen unsur pendidikan

j.komunikasi dan interaksi sinergis inter dan antar komponen kependidikan

k. revitalisasi dan review peraturan perundang-undangan

l.kedudukan atau posisi strategis nilai-nilai kependidikan nasional dalam kancah internasional

m.ketuntasan pemahaman dasar filosofis dan nilai-nilai dasar kependidikan baik yang berakar dari budaya sendiri maupun yang perlu diadaptasi atau diadopsi dari luar.

n. kreativitas, fleksibilitas, dinamika fungsi dan peran Sistem Pendidikan Nasional dengan segenap komponennya.

Sumber:

http://powermathematics.blogspot.com/2011/03/surat-terbuka-untuk-presiden.html

Selain butir-butir permasalahan diatas, juga dipaparkan oleh Dr. Marsigit tentang revolusi pendidikan di indonesia ada sebanyak 30 butir antara lain:

1.Hapus KTSP (Kurikulum pada Tingkat Satuan Pendidikan) dan ganti dengan KBKS ( Kurikulum Berorientasi kepada Kebutuhan Siswa)

2.Bubarkan BSNP dan ganti dengan BPKBN (Badan Penjamin Kemerdekaan Berpikir Nasional)

3.Cabut dan hilangkan dana-dana kompetisi seperti BOS dan ganti dengan DPIP (Dana Pemberdayaan Institusi Pendidikan)

4.Bubarkan Pusat Kurikulum dan ganti dengan PPKSN (Pusat Pengembangan Kreativitas Siswa Nasional)

5. Bubarkan Lembaga Penjaminan Mutu dang anti dengan PPKKGN(Pusat Pengembangan Kreativitas dan Kemandirian Guru Nasional)

6.Bentuk Direktorat baru yaitu Direktorat Pengaduan Ketidakadilan Layanan Pendidikan Nasional)

7.Hapus Ujian Nasional dan ganti dengan PRONASMINRASA (Program Nasional Menumbuhkan Minat dan Rasa Senang Belajar)

8.Naikkan Gaji Guru tanpa prasarat sebesar 10 (sepuluh) kali Gaji Pokok

9.Naikkan Gaji Dosen tanpa prasarat sebesar 10 (sepuluh)kali Gaji Pokok

10. Naikkan Anggaran Pendidikan Nasional menjadi 30 (tiga puluh) persen

11.Rombak dan desain ulang bangunan-bangunan kependidikan (sekolah) dengan menerima masukan dari sipemakai (educationist progressive)agar sesuai dengan peruntukannya.

12.Hapus Gerakan Wajib Belajar dan ganti dengan Gerakan Sadar Belajar

13.Ganti KKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) dengan PPKKKS (Pusat Pengembangan Kreativitas dan kemandirian Kepala Sekolah)

14.Ganti MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)dengan IPDUG (Inovasi Pembelajaran dari dan untuk Guru)

15.Bubarkan Pusat Perbukuan dan ganti dengan P3BG(Pusat Pemberdayaan Penulisan Buku oleh Guru)

16.Ganti fungsi Pengawas Sekolah dengan TP3 (Tenaga Percontohan Pengembang Pendidikan)

17.Bentuk MP2K2 (Musyawarah Para Pengambil Kebijakan Kependidikan)baik tingkat Nasional maupun tingkat daerah

18.Ganti Ujian Sekolah dengan PPS (Pengembangan Portofolio Siswa), dan yang lainnya bisa dilihat pada (http://powermathematics.blogspot.com/2011/03/surat-terbuka-untuk-presiden.html)

Sehingga dari apa yang telah dipaparkan tersebut, kita sebagai generasi penerus pendidik di negeri ini agar mampu untuk selalu menuangkan pemikiran kita tentang pendidikan di negeri ini supaya pendidikan di negeri ini dapat lebih maju lagi. Dari apa yang telah saya paparkan tentang revolusi pendidikan yang saya ambil dari blog Pak Marsigit, maka dari sudut pandang filsafat saya bisa menuliskan bahwa pendidikan terutama revolusi pendidikan di Indonesia dapat ditelusuri dari tiga sudut pandang dalam filsafat yaitu secara ontologis, epistimologis, dan aksiologis. Sehingga kita dapat berfikir dalam sedalam dalamnya (intensif) dan luas seluas-luasnya (ekstensif).

Sebagai contoh yang nyata dalam matematika yaitu misalnya hakekat bilangan 2. Dimana hakekat bilangan dua hanya bisa difahami dengan filsafat yang dikaitkan dengan Ruang dan Waktu. Seperti apa yang telah saya baca dalam Elegi Menggapai Hakekat, bahwa kita harus melakukan dua hal jikalau kita akan mempelajari hakekat yang seutuhnya yaitu letakkan kesadaran kita di depan objek dan ingatlah bahwa semua kalimat dan dokumen yang dibuat manusia itu salah. Sehingga dalam mempelajari hakekat dari bilangan dua kita harus mampu untuk meletakkan kesadaran kita di depan bilangan dua agar kita mampu untuk mengetahui apakan itu hakekat dari bilangan dua. Dimana dalam matematika kita tidak bisa memahami dua tanpa dikaitkan dengan bilangan yang lain sebab 2 itu ada dua hal yang mungkin yaitu membilang nilai dan waktu serta membilang angka yang lain. Sehingga kita haru selalu menyesuaikan dengan Ruang dan Waktunya. Sehingga pada hakekatnya untuk membilang bilangan 2 kita harus mampu untuk menyesuaikan keadaannya terhadap Ruang dan Waktu. Sehingga akan terjadi apa itu proses dan apa itu hasil dari membilang bilangan 2. Sehingga dalam berfilsafat baik itu filsafat matematika dan pendidikan matematika atau berfilsafat yang lain kita haruslah menyesuaikan diri terhadap Ruang dan Waktu serta mampu untuk membaca dan mempelajari pikiran dari para filusuf terdahulu.

No comments:

Post a Comment