Tuesday, May 24, 2011

SUMBU FATAMORGANA SEBAGAI TEMPAT KEDUDUKAN

SUMBU-SUMBU FILSAFAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KESUKSESAN DALAM MEMPELAJARI FILSAFAT

Kesuksesan dalam mempelajari filsafat, terutama filsafat matematika dan pendidikan matematika tidak lain tidak bukan hanyalah berasal dari dalam diri kita sendiri. Dimana di dalam diri kita masing-masing terdapat suatu sumbu koordinat yang mampu untuk menyeimbangkan antara dunia filsafat yang bersifat intensif dan yang bersifat ekstensif. Dimana dalam menyeimbangkan antara keduannya haruslah mampu untuk menyesuaikan dengan RUANG dan WAKTU yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan dan apa yang akan dilaksanakan. Sepert halnya dalam ujian isian singkat. Kebanyakan mahasiswa kurang mampu untuk memahami apa yang ditanyakan, bagaimana maksud dari pertanyaan itu, dan bagaimanakah jawaban yang tepat dari pertanyaan yang diajukan tersebut. Seperti halnya dalam ujian filsafat pendidikan matematika pada hari Kamis, tanggal 19 Mei 2011 kemarin. Kebanyakan mahasiswa hanya mendapatkan nilai yang masih dibawah standar sebab kita menyadari bahwasanya kita belum banyak membaca referensi dari elegi-elegi yang telah disampaikan. Seperti halnya pertanyaan yang amat sangat wajib dan penting kita perdalam jawaban atas pertanyaan itu yaitu tentang pencanangan karakter dalam pendidikan matematika. Dimana dalam mentransfer karakter ke dalam pendidikan terutama pendidikan matematika dapat berasal dari empat cara yaitu komunikasi material matematika, komunikasi formal matematika, komunikasi normatif matematika, dan komunikasi spiritual matematika.

a. Pendidikan karakter melalui komunikasi material matematika

Komunikasi material matematika didominasi oleh sifat horisontal arah vitalitasnya. Dilihat dari segi keterlibatannya, jumlah satuan potensi yang terlibat adalah bersifat minimal jika dibandingkan dengan komunikasi dari dimensi yang lainnya. Maka, sebagian orang dapat memperoleh kesadaran bahwa komunikasi material matematika adalah komunikasi dengan dimensi paling rendah. Sifat korelasional sejajar memiliki makna kesetaraan antara subjek atau objek komunikasi. Implikasi dari kesetaraan subjek dan objek adalah bahwa mereka memiliki posisi yang paling lemah dalam sifat penunjukannya.

(sumber: http://powermathematics.blogspot.com/2011/04/artikel-populer-pendidikan-karakter.html)

Sehingga dari keterangan diatas, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwasanya komunikasi material dari matematika itu sendiri berkaitan langsung dengan diri kita sendiri tentang bagaimana kita mampu dan dapat menyikapi matematika yang dapat ditinjau dari materialnya itu bagaimana dad jikalau kita mampu untun menerapkan matematika itu sendiri dengan kemampuan yang kita miliki tanpa meninggalkan referensi yang mendukung maka kita akan mampu untuk menumbuhkan pendidikan karakter terutama dalam pendidikan matematika secara semaksimal mungkin dan dapat terlaksana dengan baik. Sehingga kita mampu menciptakan suasana pembelajaran matematika itu menjadi lebih menarik dan dapat menerapkan pendidikan karakter dalam matematika dengan semaksimal mungkin.

b. Pendidikan Karakter melalui Komunikasi Formal Matematika

Komunikasi formal matematika didominasi oleh sifat-sifat korelasional ke luar atau ke dalam dari vitalitas potensinya. Korelasi ke luar atau ke dalam memunyai makna perbedaan antara sifat-sifat yang di luar dan sifat-sifat yang di dalam. Korelasi antara perbedaan sifat itulah yang menentukan sifat dari subjek atau objek komunikasinya. Implikasi dari perbedaan sifat-sifat subjek atau sifat-sifat objek memberikan penguatan adanya perbedaan sifat penunjukan.

(sumber: http://powermathematics.blogspot.com/2011/04/artikel-populer-pendidikan-karakter.html)

Dari apa yang saya ambil dalam elegi diatas, bahwasanya komunikasi forma dalam matematika itu amat sangatlah penting terutama dalam mencanangkan pendidikan karakter dalam matematika itu sendiri. Dimana, dalam pentransferan pendidikan karakter melalui pendekatan komunikasi formal ini sangat menguntungkan. Sebab, komunikasi formal ini dapat dilaksanakan ke dalam dan keluar. Dimana komunikasi ini dapat dilaksanakan ke dalam artinya kita dapat menelusuri bentuk-bentuk karakter yang ada dalam diri kita untuk dijadikan suatu hal yang dapat digunakan untuk menumbuhkan karakter dalam matematika. Sedangkan komunikasi formal yang dari luar, kita dapat mencari referensi dan sumber-sumber lain seperti menakukan tanya jawab dengan dosen ataupun dengan seseorang yang mengusai tentang pendidikan karakter. Dimana vitalitas dari subjek matematika dengan potensi lebih besar akan mengukuhkan dirinya tetap bertahan sebagai subjek, sedangkan vitalitas dari subjek dengan potensi lebih kecil akan menggeser peran subjek dirinya menjadi peran objek bagi subjeknya. Intuisi two-oneness akan membantu subjek matematika untuk memahami objek matematika. Sehingga, kita dapat memperoleh acuan untuk menjadikan suatu pendidikan karakter dalam matematika itu dapat muncul seutuhnya.

c. Pendidikan Karakter melalui Komunikasi Normatif Matematika

Komunikasi normatif matematika ditandai dengan meluruhnya sifat-sifat penunjukan korelasionalitas penunjukannya pada diri subjek dan objeknya. Namun demikian, komunikasi dikatakan memunyai dimensi yang lebih tinggi dikarenakan keterlibatan satuan-satuan potensinya lebih banyak, lebih luas, dan lebih kompleks. Meluruhnya sifat penunjukan korelasional horisontal bukan disebabkan oleh lemahnya potensi dan vitalitas komunikasi, tetapi semata-mata dikarenakan luasnya jangkauan dan keterlibatan satuan-satuan potensi dan vitalitas baik pada diri subjek maupun objek.

(sumber: http://powermathematics.blogspot.com/2011/04/artikel-populer-pendidikan-karakter.html)

Sehingga, dari cuplikan yang saya ambil diatas dapat kita jabarkan bahwasanya komunikasi normatif dari pendidikan matematika untuk mewujudkan suatu karakter dari matematika itu sendiri amat sangatlah bermanfaat. Seban dengan adanya komunikasi normatif ini maka kita akan mampu untuk mempelajari dimensi-dimensi yang lebih luas, dalam dan lebih menyeluruk dari matematika untuk bisa dan dapat mengidentifikasi karakter-karakter yang cocok yang sudah ada di dalam kepribadian kita maupun yang belum ada di dalam diri kita. Sehingga nantinya kita akan mampu mewujudkan karakter dari apa yang telah kita rencanakan. Sebab pendidikan karakter amat sangat dibutuhkan pada era saat ini.

d. Pendidikan Karakter melalui Komunikasi Spiritual Matematika

Sifat-sifat korelasional keluar dari konsep matematika menunjukkan keadaan semakin jelas dan tegasnya apakah dalam bentuk ke luar ke atas atau ke luar ke bawah. Korelasionalitas potensi dan vitalitas matematika ke atas akan mentransformasikan bentuk komunikasi ke dimensi yang lebih atas yaitu komunikasi spiritual matematika. Di pihak lain, korelasional potensi dan vitalitas ke bawah akan mentransformasikan bentuk komunikasi matematika ke dimensi yang lebih bawah, yaitu komunikasi formal matematika atau komunikasi material matematika.

(sumber: http://powermathematics.blogspot.com/2011/04/artikel-populer-pendidikan-karakter.html)

Dari cuplikan diatas, maka komunikasi untuk mewujudkan suatu karakter terutama karakter dalam pendidikan matematik itu tidak akan lengkap dalam pelaksanaannya jikalau kita tidal mampu untun mewujudkan dan melaksanakan suatu komuniksi yang sangat terpenting yaitu komunikasi spiritual. Sebab, komunikasi spiritual ini dapan dan mampu untuk menentramkan jiwa si pelaku dalam mewujudkan dunia karakter dalam matematika. Sebab komunikasi ini dapat dijadikan komunikasi yang langsung kepada sang pencipta (Allah SWT). Sehingga kita dapat memperoleh ketenangan dan ketentraman jiwa dari apa yang telah kita perbuat dan akan kita laksanakan dalam terwujudnya pendidikan karakter yang mampu untuk menciptakan seorang insan yang mampu untuk membangun bangsanya sendiri dengan karakter yang baik yang ada dari dalam diri mereka sendiri. Dan jikalau kita terapkan dalam pendidikan matematik, maka kita mampu menyadari sepenuhnya bahwa di dalam diri kita dan di dalam matematika itu terkandung suatu karakter yang baik dan kuat untuk bisa dijadikan suatu tolak ukur dari suatu hal.

Sehingga, dari uraian diatas maka akan muncul suatu siklus dalam kehidupan manusia yang mengandung dua hal yang saling bertentangan yang dapat digabungkan dan dijadikan duatu hal yang dapat mendukung dan mewujudkan suatu hal. Dimana, banyak sekali kita menenui bebragai hal yang mempunyai makna yang saling bertentangan. Misalkan seperti adanya mitos dan logos, lahir dan mati, yang lalu dan yang akan datang, etika dan estetika, dan masih banyak yang lainnya. Dimana antara keduannya itu amat sangat berkaitan dengan tiga pilar dalam filsafat yaitu ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Sehingga, akan menimbulkan suatu persoalan jikalau kita tidak mampu untuk menggabungkan keduannya. Sehingga kita haruslah mampu untuk memanfaatkan RUANG dan WAKTU dengan sebaik mungkin. Sehingga nantinya akan terjadi hubungan timbal balik antara kedua hal yang merupakan hal yang awalnya saling bertolah belakang tersebut. Sehingga akan muncul sumbu fatamorgana yang menghubungkan antara kedua hal yang berbeda tersebut dan dapat disatukan asalkan sesuai dan mampu untuk menghargai RUANG dan WAKYU-nya.

No comments:

Post a Comment